Padd Solutions

Converted by Falcon Hive

Assalamu'alaikum smuanya ..
lama ga ngeblog, lagi ga ada kerjaan, mending ngeblog tentang cara nginstal MATLAB 7 di windows 7.
Sebelumnya gw sendiri udah pernah nyoba instal, tapi gagal terus..
akhirnya, setelah kelimpungan cari sana sini ketemu juga caranya dari hasil googling internet..
hehehhe . . .
nih caranya bro . .

Tahap 1: Ganti tema Windows 7 menjadi Windows Classic

Untuk mengganti tema Windows 7 ke Windows Classic [
mungkin semuanya udah pada tau], ikuti step2 berikut :


  1. Klik-Kanan di Desktop lalu pilih Personalize.
  2. Scroll mouse ke "Basic and High Contrast Themes".
  3. Pilih Windows Classic.

Tahap 2: Ganti Java yang ada di direktori Matlab 2007

Untuk mengubah Java di Matlab 7, ikuti step2 berikut :
  1. Download dan install Java Run Time (JRE) 1.5.0_19 atau JRE 1.5.0_20 yang terbaru. bisa di download dari sini
  2. Buka C:\Program Files\MATLAB\R2007a\sys\java\jre\win32, lalu rename jer1.5.0_07 menjadi Original_jer1.5.0_07.
  3. Copy JRE 1.5.0_19 atau JRE 1.5.0_20 dari C:\Program Files\Java ke C:\Program Files\MATLAB\R2007a\sys\java\jre\win32 dan rename menjadi jer1.5.0_07.
Kalo udah dilakukan semuanya sesuai petunjuk, abang2 n kaka2 semua bisa merubah kembali thema windowsnya sesuai dengan keinginan masing2..
MATLAB-nya udah bisa berfungsi di semua thema.

Untuk informasi lebih lanjut tentang penggunaan MATLAB di Windows 7, klik link berikut :
Matlab in Windows 7



Applies to:

Windows 7 Starter

Windows 7 Home Basic

Windows 7 Home Premium

Windows 7 Professional

Windows 7 Ultimate


Karena sebentar lagi SiPadhil akan kerja praktek [Belum tau Dimana], SiPadhil mencoba menggali informasi mengenai apa yang mungkin dibutuhkan nanti saat kerja Praktek. Tanpa sengaja, lagi asyik Googling, SiPadhil menemukan informasi dari http://auliafeizal.wordpress.com yang SiPadhil rasa sangat bermanfaat untuk Padhil dan orang lain Insyaallah dan sangat layak untuk dibagikan :)
untuk lebih jelasnya Cekidot :

Bagi anda yang belum melaksanakan kerja praktek, mungkin anda sering mendengar propaganda-popaganda ”kerja praktek itu nyampah”. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi tidak juga sepenuhnya benar, jawabannya adalah tergantung anda. Anda yang menentukan apakah anda akan mendapatkan sesuatu dalam kerja praktek anda atau kerja praktek anda hanya akan berlalu sebagai pembunuh waktu libur anda. Semuanya tergantung niat dan persiapan anda.

Sejujurnya saya sedikit menyesal karena dahulu persiapan saya untuk kerja praktek kurang karena sibuk dengan hal lain. Akibatnya pelaksanaan kerja praktek saya tidak maksimal sehingga apa yang saya dapat pun tidak maksimal. Padalah kalau dipikir-pikir banyak yang harusnya bisa saya pelajari dari perusahaan tempat saya kerja praktek. Sekarang bagi anda yang belum / akan melaksanakan kerja praktek jangan sampai pelaksaan kerja praktek anda tidak maksimal, sayang waktu, 1 atau 2 bulan bukan waktu yang sebentar. Berikut saya berikan tipsnya dari mencari kerja praktek hingga menyusun laporan kerja praktek, mudah-mudahan bisa berguna.

Mencari tempat kerja praktek

1. Cari contact person, jangan hanya mengandalkan korespondensi

Satu hal yang harus anda tau : kerja praktek sebenarnya tidak menguntungkan apa-apa untuk perusahaan (terutama perusahaan-perusahaan besar), malah kerja praktek sebenarnya hanya menyusahkan perusahaan. Mahasiswa keja praktek hanya akan menambah beban operasional perusahaan. Kenapa perusahaan tetap menerima mahasiswa yang ingin kerja praktek? Karena perusahaan tersebut memiliki beban CSR (corporate social responsibility). Jadi mau tidak mau, mereka harus tetap memiliki program yang mengakomodir kerja praktek bagi mahasiswa.

Oleh karena itu anda harus pandai-pandai dalam mengirimkan lamaran kerja praktek. Kebanyakan kasus adalah lamaran-lamaran kerja praktek yang anda kirimkan hanya berakhir di pos satpam. Kalaupun sampai di bagian HRD-nya, kemungkinan besar lamaran anda hanya akan bercampur dengan ratusan lamaran lain dan akhirnya berakhir menjadi arsip. Bahkan surat anda bibalas saja mungkin tidak. Oleh karena itu anda jangan terlau mengandalkan korespondensi (surat menyurat), sebaiknya anda menghubungi langsung orang yang mengurusi lamaran kerja praktek di perusahaan tersebut. Anda tidak harus mengenal orang tersebut, yang terpenting anda langsung menghubungi orang itu Hal ini akan menyebabkan lamaran anda mendapat atensi lebih sehingga memiliki pritoritas lebih untuk ditindak lanjuti.

Anda dapat mencari kontak orang tersebut dari mana saja. Jika anda mengenalnya, maka itu lebih baik. Agak sedikit berbau nepotisme memang. Tapi jika anda tidak punya kenalan, nama orang tersebut bisa anda cari lewat kakak kelas anda yang tahun lalu kerja praktek di perusahaan tersebut atau anda datang langsung ke perusahaan yang bersangkutan. Intinya anda harus mengetahui anda harus berhubungan dengan siapa untuk mengurus kerja praktek. Hal ini akan mengefektifkan jalur birokrasi anda dalam mengurus kerja praktek.

2. Dianjurkan topic base, bukan company base

Kerja praktek adalah waktu dimana anda mempelajari sebuah topik yang berhubungan dengan studi anda langsung di lapangan. Yang menjadi perhatian disini adalah topik kerja praktek. Topik kerja praktek harus jelas. Topik kerja praktek yang tidak jelas hanya akan membuat anda berpikir bahwa sebenarnya anda tidak melakukan apa-apa sewaktu anda kerja praktek.

Pada kenyataannya, ketika kita mencari tempat kerja praktek sering kali kita tidak peduli dengan topiknya. Yang menjadi pusat perhatian kita malah perusahaan tempat kita kerja praktek. Kebanyakan mahasiswa berlomba-lomba untuk dapat kerja praktek di perusahaan-perusahaan multinational, padahal belum tentu perusahaan-perusahaan tersebut dapat memfasilitasi topik yang anda ingin pelajari. Oleh karena itu, dalam mencari tempat kerja praktek sebaiknya anda mengetahui terlebih dahulu topik yang ingin anda pelajari baru kemudian anda mencari perusahaannya. Anda bisa melakukan kerja praktek dimana saja, tidak harus terpaku dengnan perusahaan-perusahaan besar.

3. Perhitungkan akomodasi dan transportasi

Ini cukup penting. Perusahaan tempat anda kerja praktek biasanya terletak di tempat-tempat yang jauh di pelosok nusantara. Ada yang di hutan, di tengah gunung, di tengah laut dan sebagainya. Anda harus memperhitungkan akomodasi anda di kota tempat anda kerja praktek. Biasanya perusahaan-perusahaan besar menyiapkan akomodasi dan transportasi. Tapi jika perusahaan tempat anda kerja praktek tidak menyediakan hal tersebut, maka anda harus perhitungkan apakah di kota anda kerja praktek nanti terdapat kos-kosan yang layak dan sarana transportasinya mencukupi. Lebih disarankan untuk memilih perusahaan di kota yang anda memiliki saudara atau kenalan disana. Percayalah, hal itu akan sangat membantu. Jika anda seumur-umur belum pernah ngekos, terlebih lagi anda seorang perempuan, saya sangat menyarankan anda memperhitungkan hal ini.

Persiapan kerja praktek

4. Pelajari materi kuliah yang berhubungan

Idealnya, ketika anda melaksanakan kerja praktek anda telah memahami materi dasar yang bersangkutan dengan topik kerja praktek anda. Jika telah memahami dengan baik, maka kedepannya anda akan ”mudeng” dengan apa yang anda kerjakan. Bahkan mungkin anda bisa memberikan evaluasi terhadap sistem kerja yang selama ini dipakai oleh perusahaan. Hal ini tentu akan sangat diapresiasi oleh perusahaan tempat anda kerja praktek. (pengalaman saya)

5. Pelajari struktur perusahaan dan request penempatan

Hal ini sebenarnya berhubungan dengan pemilihan topik. Jika anda telah mengetahui topik yang ingin anda pelajari, maka langkah selanjutnya anda harus mempelajari struktur perusahaan tersebut. Cari bagian yang seusai dengan topik anda. Biasanya bagian HRD tidak mau ambil pusing dengan hal ini. Bagian HRD biasnya langsung menempatkan anda di tempat orang dari jurusan anda banyak bekerja, padahal belum tentu bagian tersebut cocok dengan topik yang ingin anda pelajari. (pengalaman saya)

6. Kumpulkan literatur yang berhubungan

Di tempat perusahaan anda kerja praktek belum tentu anda bisa mendapat cukup referensi terhadap topik kerja praktek anda. Di perusahaan yang cukup ketat, mungkin anda bahkan tidak diberi akses internet. Hal ini disebabkan banyak file-file confidential perusahaan. Perusahaan tersebut tidak mau ada orang luar yang menyusup ke jaringan perusahaan tersebut. Oleh karena itu persiapkan literatur yang mencukupi sebelum anda pergi merantau ke tempat anda kerja praktek. (pengalaman saya)

7. Tentukan target

Agar hasil dari kerja praktek anda maksimal, tentukan target apa saja yang ingin anda pelajari sebelum anda kerja praktek. Hal ini akan memotivasi anda untuk terus belajar di tempat kerja praktek. Biasanya mahasiswa kerja pratek bahkan bingung tentang apa yang harus mereka pelajari di kerja praktek.

Waktu kerja praktek

8. Fokus dengan kerja praktek

Biasanya banyak hal yang akan menggangu anda ketika anda kerja praktek. Seperti misalnya anda tidak betah dengan tempat tinggal anda sewaktu kerja praktek atau ada rekan kerja praktek anda yang cakep sehingga anda lebih tertarik untuk melihat dia daripada melihat layar komputer anda. Hal-hal sepele seperti ini yang biasanya menggangu konsentrasi kerja praktek anda. Oleh karena itu usahakan tetap fokus ketika anda kerja praktek.

9. Bawa perlengkapan hiburan standar

Pelengkapan ini penting untuk mengisi waktu luang anda. Anda akan banyak memiliki waktu luang terutama ketika malam hari atau weekend. Anda akan sangat berpotensi mengalami kebosanan.

10. Persiapkan buku bacaan

Jika anda tidak suka mendengarkan musik, maka anda bisa mengisi waktu luang anda dengan membaca buku. Manfaatkan kesempatan ini untuk membaca buku-buku yang tidak sempat anda baca ketika a waktu kuliah.

11. Inisiatif

Ada kemungkinan anda mendapat pembingbing yang cuek. Pembimbing yang cuek biasanya hanya memberikan instruksi seperlunya. Bahkan biasanya mereka tidak pernah menanyakan progres tugas yang diberikan. Untuk mensiasati keadaan seperti ini kuncinya adalah inisiatif. Anda yang harus aktif bertanya dan meminta assigment kepada pembimbing anda.

12. Sosialisasi

Ini juga penting. Ketika anda kerja praktek anda akan bertemu rekan-rekan dari berbagai macam universitas di Indonesia. Jangan ragu-ragu untuk sekedar memulai sebuah obrolan, mengajak olahraga sore, atau gabung dengan meja mereka ketika makan siang. Carilah teman sebanyak-banyaknya. Jangan seperti orang autis yang seperti dapat hidup tanpa orang lain. Jangan lupa minta no kontak, email, friendster, facebook, blog atau apapun sehingga anda masih dapat tetap keep contact dengan mereka. Teman adalah aset dan aset sama sekali tidak ternilai harganya.

Menyusun laporan kerja praktek

13. Susun laporan secepatnya

Setelah anda selesai melakukan kerja praktek maka buatlah laporan secepatnya. Kalau perlu laporan anda telah selesai ketika anda selesai kerja praktek. Penundaan membuat laporan hanya akan menyebabkan anda lupa terdapat apa yang anda lakukan ketika kerja praktek.

14. Jangan lupa tanda tangan

Sebelum anda kembali ke kuliah, jangan lupa meminta tanda tangan kepada pembimbing anda di halaman lembar pengesahan laporan. Anda tidak mungkin balik lagi ke tempat anda kerja praktek ketika kuliah, apalagi jika tempat kerja prakek anda terletak di pelosok negeri.

Kerja praktek memang memiliki dua pillihan. Pilihan pertama anda dapat belajar banyak dari kerja praktek anda. Pilihan kedua, kerja praktek anda sesuai dengan yang biasa anda dengar : nyampah. Semua tergantung anda. Kalau mau jujur, sebenarnya untuk di jurusan saya, kerja praktek yang nyampah sudah cukup. Di jurusan saya, kerja praktek hanya memiliki bobot satu sks, ditambah tidak ada presentasi, hanya mengumpulkan laporan. Saya juga tidak yakin setiap laporan yang dikumpulkan akan dibaca satu persatu. Mungkin itu sebabnya anak-anak di jurusan saya tidak begitu serius dalam menghadapi kerja praktek. Teman-teman saya dari universtias lain sepertinya lebih serius dalam menjalani kerja praktek.

Walhasil, jika anda ingin kerja praktek anda banyak memberikan manfaat, maka persiapkan dengan baik. Guru terbaik adalah kesalahan yang pernah dilakukan, dan anda sangat bisa belajar dari kesalahan orang lain.


M. Syamsi Ali*

Dua minggu lalu, selepas jum’at saya menemukan secarik kerta di atas meja kantor saya di Islamic Cultural Center of New York. Isinya kira-kira berbunyi ‘I have been trying to reach you but never had a good luck! Would you please call me back? Karen’.

Berhubung karena berbagai kesibukan lainnya, saya menunda menelpon balik Karen higga dua hari lalu. ‘Oh….thank you so much for getting back to me!’, jawabnya ketika saya perkenalkan diri dari Islamic Center of New York. ‘I am really sorry for delaying to call you back’, kata saya, sambil menanyakan siapa dan apa latar belakang sang penelpon.

‘Hi, I am sorry! My name is Karen Henderson, and I am a professor at the NYU (New York University)’, katanya.

‘And so what I can do for you?’ tanyaku. Dia kemudian menanyakan jika saya ada beberapa menit untuk berbicara lewat telpon. ‘Yes, certainly I have, just for you, professor!’ candaku. ‘Oh.. that is so kind of you!’, jawabnya.

Karen kemudian bercerita panjang mengenai dirinya, latar belakang keluarganya, profesinya, dan bahkan status sosialnya.

‘I am a professor teaching sociology at the New York University’, demikian dia memulai. Namun menurutnya lagi, sebagai sosiolog, dia tidak saja mengajar di universitas tapi juga melakukan berbagai penelitian di berbagai tempat, termasuk luar negeri. Karen sudah pernah mengunjungi banyak negara untuk tujuan penelitiannya, termasuk dua negara yang justeru disebutnya sebagai sumber inspirasi. Yaitu Pakistan dan Afghanistan.

‘I spent more than 3 years in those countries, and mostly in villages’, katanya. ‘During those three years, I have a lot memories about the people. They are simply amazing’, lanjutnya.

Tidak terasa Karen berbicara di telpon hampir 20 menit. Sementara saya hanya mendengarkan dengan serius dan tanpa menyela sekalipun. Selain karena cara Karen berbicara sangat menarik, informative dan disampaikan dalam bahasa yang jelas, saya menjadi lebih tertarik mendengar. Mungkin karena dia adalah seorang professor, jadi dalam berbicara dia sangat sistimatis dan eloquent.

‘Karen, that is a very interesting story. I am sure what you did experience in Pakistan I did as well. I lived in Pakistan 7 years, and had an opportunity to visit
many of those areas you did mention’, kataku.

‘But what did you want to tell me out this story?’, tanyaku lagi

Nampaknya Karena menarik napas, lalu menjawab. Tapi kali ini dengan suara lembut dan agak lamban. ‘Sir, I wanted to know further Islam, the religion of those people. They are sweet people, and I think I have inspired by them in many ways’, katanya.

Tapi karena waktu yang tidak terlalu mengizinkan untuk saya banyak berbicara lewat telpon, saya meminta Karen untuk datang ke Islamic Center keesokan harinya (Sabtu lalu). Diapun menyetujui dan disepakatilah pukul 1:30 siang, persis jam ketika saya mengajar di kelas khusus non Muslim, Islamic Forum for non Muslims.


Keesokan harinya, Sabtu, saya tiba agak telat. Sekitar pukul 12 siang saya tiba, dan pihak security menyampaikan bahwa dari tadi ada seorang wanita menunggu saya. ‘She is the mosque’ (maksudnya di ruang shalat wanita). Saya segera meminta security untuk memanggil wanita tersebut ke kantor untuk menemui saya.

Tak lama kemudian datangnya seorang wanita dengan pakaian ala Asia Selatan (India Pakistan). Sepasang shalwar dan Gamiz, lengkap dengan penutup kepala ala kerudung Benazir Bhutto. ‘Hi, sorry for coming earlier! I can wait at the mosque, if you are still busy with other things’, kata wanita baya umur 40-an tahun itu. Dia jelas Amerika berkulit putih, kemungkinan keturunan Jerman.

‘Not at all, professor! I am free for you’, jawabku sambil tersenyum. ‘Have your seat, but let me go around the school for five minutes’, mintaku untuk sekedar melihat-lihat weekend school program hari itu.

Setelah selesai melihat-lihat beberapa kelas pada hari itu, saya kembali ke kantor. ‘I am sorry Professor!’, sapaku. ‘Please do call me by name, Karen!’, pintanya sambil tersenyum. ‘You know, I like to address people respectfully, and I really did not know how to address you’, kataku. ‘In some countries, people love to be known with their professional title. But I know Americans are not’, lanjutku sambil ketawa kecil.

Kita kemudian hanyut dalam pembicaraan dalam berbagai hal, mulai dari isu hangat tentang kartun Nabi Muhammad SAW di sebuah komedi kartun Amerika, hingga kepada asal usul Karen itu sendiri. ‘I am a Jew by birth. My Parents are Jews, but you know, especially my father, he doesn’t believe in the religion any more’, katanya. Bahkan menurutnya, ayahnya itu seringkali menilai konsep tuhan sebagai sekedar alat repression (menekan) sepanjang sejarah manusia.

Namun menurut Karen, walaupun tidak percaya agama dan mengaku tidak percaya tuhan, ayahnya masih juga merayakan hari-hari besar Yahudi, seperti Hanukkah, Sabbath, dll. ‘These celebrations, as most Jews do, are no more than heritage traditions’, jelasnya. ‘Judaism is think not a religion, in the sense that it is mo
re about culture and family’, sambungnya lagi.

Dalam hatiku saya mengatakan bahwa semua itu bukan baru bagi saya. Sekitar 60 persen atau lebih Yahudi di Amerika Serikat adalah dari kalangan sekte ‘Reform’ (Pembaharu). Mereka ini ternyata telah melakukan reformasi mendasar dalam agama mereka, termasuk dalam hal-hal akidah atau keyakinan. Sekte Reform misalnya sama sekali tidak percaya lagi kepada kehidupan akhirat. Saya masih teringat dalam sebuah diskusi di gereja Marble Collegiate tahun lalu tentang konsep kehidupan. Pembicaranya adalah saya dan seorang Pastor dan Rabbi dari Central Synagogue Manhattan. Ketika kita telah sampai kepada isu hari Akhirat, Rabbi tersebut mengaku tidak percaya.

Tiba-tiba salah seorang hadirin yang juga murid muallaf saya keturunan Rusia berdiri dan bertanya ‘And so, if you don’t believe in the
life after death, why you have to go to your synagogue, worship, wearing yarmukka, giving charity, etc.? Why do you think it is necessary to be honest, be helpful to others? And why we have to avoid things we must avoid?’, tanyanya panjang lebar.

Sang Rabbi hanya tersenyum dan menjawab singkat ‘we do al
l those because that what we have to be and do’.

Mendengar jawaban sang Rabbi, semua hadirin hanya tersenyum, dan bahkan banyak yang tertawa.

Kembali ke Karen, kita kemudian hanyut dalam dialog tentang konsep kebahagiaan. Menurutnya, sebagai seorang sosiolog, dia telah melakukan banyak penelitian dalam berbagai hal yang berkaitan dengan bidangnya. Pernah ke Amerika Latin, Afrika, beberapa
negara Eropa, dan juga Asia, termasuk Asia Selatan. ‘But one thing I have to tell, those Pakistanis and Afghanis are simply amazing people’, katanya. ‘What really amazed about them?’ tanyaku.

‘Many, their religiosity and commitment to the religion, among others. But I think the most amazing about them is their strength and enduring in nature in their daily life’, katanya panjang lebar. ‘I am amazed how these people are so strong and looking happy despite the very challenging life that
they are in’, jelasnya lagi.

Saya tidak pernah menyangka kalau Karen tiba-tiba meneteskan air mata di tengah-tengah pembicaraan kami. Dia seorang pr
ofessor yang senior, walau masih belia dalam umur. Tapi juga pengalamannya yang luar biasa, menjadikan saya lebih banyak mendengar. Di tengah-tengah membicarakan ‘kesulitan hidup’ orang-orang Afghanistan dan Pakistan, khususnya di daerah pegunungan-pegunungan, dia meneteskan air mata tapi sambil melemparkan senyum. ‘I am sorry, I am very emotional with this story?’, katanya.

Segera saya ambil kendali. Saya bercerita tentang konsep kebahagiaan menurut ajaran Islam. Bahkan berbicara panjang lebar tentang kehidupan dunia sementara, dan bagaimana Islam mengajarkan kehidupan akhirat itu sendiri. ‘No matter how do you live your life here, it is temporary and unfulfilling. There must be some where, sometime where we will live eternally and all dreams and wishes will be fulfilled’, jelasku. ‘This belief gives us an immense strength and determination to live our lives at fullest, no matter how circumstances may surround that life itself’.

Tanpa terasa adzan Dhuhr dikumandangkan. Saya pun segera berhenti berbicara. Nampaknya Karen paham bahwa ketika adzan didengarkan maka kita seharusnya mendengarkan dan menjawab. Mungkin dia sendiri tidak paham apa yang seharusnya diucapkan, tapi dia tersenyum ketika saya meminta maaf berhenti berbicara.

Setelah adzan saya melanjutkan sedikit, lalu saya tanya kepada Karen. ‘And so, what really makes you calling me the other day?’

‘I want to tell you that my mind constantly remember those people. My memory reminds me about how they happy are, while we Americans with all this fancy life, lacking of happiness..!’, katanya seolah marah.

‘And so what makes you c
ontacting me? I mean why do you have to come and discuss with me?’ pancingku lagi.

Karen merubah posisi duduknya, tapi nampak sangat serius lalu berkata ‘I’ve thought this for long time. But I really don’t know what to do and how to proceed it. I wanted to become a Muslim!’, katanya mantap.

Saya segera menjelaskan bahwa untuk menjadi Muslim itu sebenarnya sangat mudah. Yang susah adalah proses menemukan hidayah. Jadi nampaknya anda sudah melalui prose situ, dan kini sudah menuju kepada jenjang akhir. ‘My question to you is are you really convinced that this is the religion that you believe to be the Truth?’, kataku lagi.

‘Yes, certainly no doubt!’, jawabnya tegas.

Saya segera memanggil salah seorang guru weekend school wanita untuk mengajarkan kepada Karen mengambil wudhu. Ternyata dia sudah bias wudhu dan shalat, hanya belum hafal bacaan-bacaan shalat tersebut.

Selepas shalat Dhuhur, Karen saya tuntun melafalkan ‘Ash-hadu an laa ilaaha illa Allah wa ash-hadu anna Muhammadan Rasul Allah’, dengan penuh khusyu’ dan diikuti pekikan takbir ratusan jama’ah yang hadir.

Hanya doa yang menyertai semoga Karen Henderson dijaga dan dikuatkan dalam iman, tumbuh menjadi pejuang Islam di bidangnya sebagai professor ilmi-ilmu social di salah satu universitas bergengsi di AS. Amin!

New York, 26 April 2010


* Syamsi Ali adalah dai kondang di Amerika Serikat. Kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, pada 5 Oktober 1967. Menjadi imam masjid Islamic Center, masjid terbesar di New York. Ia juga menjadi imam di Masjid Al-Hikmah, masjid milik komunitas Islam asal Indonesia

Ia pernah tampil sepanggung dengan mantan Presiden AS Bill Clinton, ratu talk show Oprah Winfrey, dan Gubernur Negara Bagian New York George Pataki dalam sebuah acara bertajuk “A Prayer for America”.

Acara ini dihadiri oleh 50 ribu orang dari berbagai ras, warna kulit, dan agama. Syamsi mengutip surat Al-Hujarat ayat 13, tentang asal-usul manusia yang diciptakan Tuhan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Tidak ada yang lebih mulia, kecuali mereka yang bertakwa. Syamsi ingin mengatakan kepada public Amerika bahwa Islam adalah agama yang mengakui persauadaraan manusia.


sumber : myQuran.com
Assalamu'alaikum Semuanya . . .
Sekian lama ga ngeblog, kali ini Sipadhil mau aktif ngeblog . .hehhehehe
Postingan Kali ini SiPadhil mau ngepost tentang cara pasang spoiler di Blog, Spoiler merupakan suatu widget yang berbentuk show/hidden. dimana suatu objek bisa ditayangkan atau disembunyikan. objeknya dapat berbentuk gambar tulisan. widget spoiler ini juga dapat meringkas tempat di blog . . cekidot :

1. Langkah Pertama

LOG IN di Blogger - "DashBoard" - Pilih "Layout", "Add Gadget", "HTML/Javascript".
[ bisa juga di pasang di Postingan - Masukkan kode di "New Post" - "edit HTML" ]

2. Masukkan Kode Berikut




3. Save it or Publish Post

NB :
1. kode "SHOW" harus sama. kode ini sebagai judul tombol. kalian bisa mengganti judulnya.
2. kode "HIDDEN" adalah kode untuk judul tombol. kalian bisa menggantinya.
3. kode "none" pada "color" dan "background-color" kode untuk mengganti warna. kalian bisa menggantinya.
4. kode "YOUR POST" adalah isi konten di dalam spoiler, kalian bisa mengisinya sesuai kebutuhan kalian.


Iman itu terkadang menggelisahkan. Atau setidaknya menghajatkan ketenangan yang mengguyuri hati dengan terkuaknya keajaiban. Mungkin itu yang dirasakan Ibrahim ketika dia meminta kepada Rabbnya untuk ditunjukkan bagaimana yang mati dihidupkan. Maka saat Rabbnya bertanya, “Belum yakinkah engkau akan kuasaKu?”, dia menjawab sepenuh hati, “Aku yakin. Hanya saja agar hati ini menjadi tenteram.”

Tetapi keajaiban itu tak datang serta merta di hadapannya. Meski Allah bisa saja menunjukkan kuasaNya dalam satu kata “Kun!”, kita tahu, bukan itu yang terjadi. Ibrahim harus bersipayah untuk menangkap lalu mencincang empat ekor burung. Lalu disusurnya jajaran bukit-berbukit dengan lembah curam untuk meletakkan masing-masing cincangan. Baru dia bisa memanggilnya. Dan beburung itu mendatanginya segera.

Di sinilah rupanya keajaiban itu. Setelah kerja yang menguras tenaga.

Tetapi apakah selalu kerja-kerja kita yang akan ditaburi keajaiban?

Hajar dan bayinya telah ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah itu. Sunyi kini menyergap kegersangan yang membakar. Yang ada hanya pasir dan cadas yang membara. Tak ada pepohon tempat bernaung. Tak terlihat air untuk menyambung hidup. Tak tampak insan untuk berbagi kesah. Keculai bayi itu. Isma’il. Dia kini mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan.

Maka Hajar pun berlari, mencoba mengais jejak air untuk menjawab tangis putera semata wayangnya. Ada dua bukit di sana. Dan dari ujung ke ujung coba ditelisiknya dengan seksama. Tak ada. Sama sekali tak ada tanda. Tapi dia terus mencari. Berlari. Bolak-balik tujuh kali. Mungkin dia tahu, tak pernah ada air di situ. Mungkin dia hanya ingin menunjukkan kesungguhannya pada Allah. Sebagaimana telah ia yakinkan sang suami, “Jika ini perintah Allah, Dia takan pernah menyia-nyiakan kami!”

Maka kejaiban itu memancar. Zam zam! Bukan. Bukan dari jalan yang dia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan di antara Shafa dan Marwa. Air itu muncul justru dari kaki Isma’il yang bayi. Yang menangis. Yang haus. Yang menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.
Mari belajar pada Hajar bahwa makna kerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah. Mari bekerja keras seperti Hajar dengan gigih, dengan yakin. Bahwa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas kehendakNya yang Maha Kuasa. Dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki.

Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga.

Di lintas sejarah berikutnya, datanglah seorang lelaki pengemban da’wah untuk menjadi ‘ibrah. Dari Makkah, dia berhijrah ke Madinah. Tak sesuatupun dia bawa dari kekayaan melimpah yang pernah memudahkannya. Dia, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf. Dan Rasulullah yang tahu gaya hidupnya di Makkah mempersaudarakannya dengan seorang lelaki Anshar kaya raya. Sa’d ibn Ar Rabi’.

Kita hafal kemuliaan kedua orang ini. Yang satu menawarkan membagi rata segala miliknya yang memang berjumlah dua; rumah, kebun kurma, dan bahkan isterinya. Yang satu dengan bersahaja berkata, “Tidak saudaraku.. Tunjukkan saja jalan ke pasar!”

Dan kita tahu, dimulai dari semangat menjaga ‘izzah, tekadnya untuk mandiri, serta tugas suci menerjemahkan nilai Qurani di pasar Madinah, terbitlah keajaiban itu. ‘Abdurrahman ibn ‘Auf memang datang ke pasar dengan tangan kosong, tapi dadanya penuh iman, dan akalnya dipenuhi manhaj ekonomi Qurani. Dinar dan dirham yang beredar di depan matanya dia pikat dengan kejujuran, sifat amanah, kebersihan dari riba, timbangan yang pas, keadilan transaksi, transparansi, dan akad-akad yang tercatat rapi.

Sebulan kemudian dia telah menghadap Sang Nabi dengan baju baru, mewangi oleh tebaran minyak khaluq yang membercak-bercak. “Ya Rasulallah, aku telah menikah!”, katanya dengan sesungging senyum. Ya, seorang wanita Anshar kini mendampinginya. Maharnya emas seberat biji kurma. Walimahnya dengan menyembelih domba. Satu hari, ketika 40.000 dinar emas dia letakkan di hadapan Sang Nabi, beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahi yang kau infaqkan juga yang kau simpan!”

Kita mengenangnya kini sebagai lelaki yang memasuki surga sambil merangkak.

Di mana titik mula keajaiban itu? Mungkin justru pada keberaniannya untuk menanggalkan segala kemudahan yang ditawarkan. Dalam pikiran kita, memulai usaha dengan seorang isteri, sebuah rumah tinggal, dan sepetak kebun kurma seharusnya lebih menjanjikan daripada pergi ke pasar dengan tangan kosong. Tetapi bagi ‘Abdurrahman ibn ‘Auf agaknya itu justru terlihat sebagai belenggu. Itu sebuah beban yang memberati langkahnya untuk menggapai kemuliaan yang lebih tinggi. Keajaiban itu datang dalam keterbatasan ikhtiyar keras si tangan kosong. Bukan pada kelimpahan yang ditawarkan saudaranya.

Memulai dengan tangan kosong seperti ‘Abdurrahman ibn ‘Auf seharusnya menjadi penyemangat kita bahwa itu semua mudah. Mungkin dan bisa. Tetapi apakah kemudahan itu? Suatu hari dalam perjamuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, semua orang mencibir perjalanan Columbus menemukan dunia baru sebagai hal yang sebenarnya sangat mudah. Tinggal berlayar terus ke barat. Lalu ketemu.

Christopher Columbus tersenyum dari kursinya. Diambil dan ditimangnya sebutir telur rebus dari piring di depannya. “Tuan-tuan”, suaranya menggelegar memecah ricuh bebisikan. “Siapa di antara kalian yang mampu memberdirikan telur ini dengan tegak?”

“Christopher”, kata seorang tua di sana, “Itu adalah hal yang tidak mungkin!”

Semua mengangguk mengiyakan.

“Saya bisa”, kata Columbus. Dia menyeringai sejenak lalu memukulkan salah satu ujung telurnya sampai remuk. Lalu memberdirikannya.

“Oh.. Kalau begitu, kami juga bisa!”, kata seseorang. “Ya.. ya.. ya..”, seru yang lain. Dan senyum Columbus makin lebar. Katanya, “Itulah bedanya aku dan kalian Tuan-tuan! Aku memang hanya melakukan hal-hal yang mudah dalam kehidupan ini. Tetapi aku melakukannya di saat semua orang mengatakan bahwa hal mudah itu mustahil!”

Nah, para pengemban da’wah, bekerjalah. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga. Mulailah. Karena dalam keberanian memulai itulah terletak kemudahannya. Bukan soal punya dan tak punya. Mampu atau tak mampu. Miskin atau kaya. Kita bekerja, karena bekerja adalah bentuk kesyukuran yang terindah. Seperti firmanNya;

“..Bekerjalah hai keluarga Daud, untuk bersyukur. Dan sedikit sekali di antara hambaKu yang pandai bersyukur.” (Saba’ 13)

salim a. fillah
DAN UCAPKANLAH KEPADA IBU-BAPAKMU PERKATAAN YANG MULIA DAN RENDAHKANLAH DIRIMU TERHADAP KEDUANYA DENGAN PENUH KASIH SAYANG DAN DO'AKANLAH:'WAHAI ROBB-KU, KASIHANILAH KEDUANYA SEPERTI KEDUANYA TELAH MENDIDIK AKU DI WAKTU AKU KECIL'." (QS. AL ISRAA':23-24)




Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang dahulu.
Mengertilah,
bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup,
ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar,
bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah
beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku,
jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara
untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang teknologi dan hal-hal baru,
jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan,
ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita,
berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting,
asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua,
janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku,
seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai
belajar menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana
menjalani kehidupan ini,

Sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa
syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.
ur Dad & Mom