Padd Solutions

Converted by Falcon Hive

THE CLICK FIVE_JENNY

Jumat, Oktober 31, 2008 0 comments


She calls me baby, then she won't call me.
Says she adores me and then ignores me.
Jenny, what's the problem?
She keeps her distance and sits on fences.
Puts up resistance and builds defenses.

Jenny, what's the problem?
You leave me hanging on the line.
Every time you change your mind.

First You say you won't, then you say you will.
You keep me hanging on, and we're not moving on.
We're standing still, Jenny. You got me on my knees.
Jenny, it's killing me.

She needs her own space. She's playing mind games.
Ends up at my place saying that she's changed.
Jenny, what's the problem?
I'm trying to read between the lines.
You got me going out of my mind.

First, you say you won't, then you say you will.
You keep me hanging on, and we're not moving on.
We're standing still, Jenny. You got me on my knees.
Jenny, it's killing me. It's killing me. It's killing me.
Jenny.

First, you say you won't, then you say you will.
You keep me hanging on, and we're not moving on.
We're standing still, Jenny. You got me on my knees.
Jenny.

First, you say you won't, then you say you will.
You keep me hanging on, and we're not moving on.
We're standing still, Jenny. You got me on my knees.
Jenny. It's killing me. It's killing me. Jenny.

GREEN DAY_Macy's Day Parade

Minggu, Oktober 26, 2008 0 comments


Today's the Macy's Day parade.
The night of the living dead is on it's way...
with a credit report for duty call.
It's a lifetime guarantee.
Stuffed in a coffin 10% more free.
Red light special at the mausoleum.

Give me something that I need.
Satisfaction guaranteed to you.
What's the consolation prize?
Economy sized dreams of hope.

When I was a kid, I thought...
I wanted all the things that I haven't got.
Oh, but I learned the hardest way.
Then I realized what it took...
to tell the difference between thieves and crooks.
A lesson learned for me and you.

Give me something that I need.
Satisfaction guaranteed...

'Cause I'm thinkin about a brand new hope.
The one I've never known.
'Cause now I know it's all that I wanted.

What's the consolation prize?
Economy sized dreams of hope.
Give me something that I need.
Satisfaction guaranteed.

'Cause I'm thinkin' about a brand new hope.
The one I've never known.
And where it goes...

And I'm thinkin' about the only road.
The one I've never known.
And where it goes...

And I'm thinkin' about a brand new hope.
The one I've never known.
'Cause now I know it's all that I wanted.

WANITA PENGHUNI NERAKA

Minggu, Oktober 26, 2008 0 comments


Di antara fitnah yang diberitakan oleh Nabi Muhammad SAW disebutkan dalam hadits shahih, antara lain bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Ada dua golongan manusia (penghuni neraka) dari kalangan ummatku yang sekarang belum kulihat keberadaannya, yaitu segolongan orang yang membawa cambuk seperti ekor sapi untuk memukuli orang lain dan segolongan wanita yang berpakaian tetapi telanjang dengan langkah yang berlenggak-lenggok memikat lawan jenisnya; (rambut) kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak bakal mencium bau surga." (HR. Muslim dan Ahmad).

Adapun mengenai kaum wanita yang dimaksud adalah wanita yang pada masa sekarang kita telah melihatnya. Mereka berpenampilan memikat hati dan menawan jiwa. Cara jalan mereka diatur sedemikian rupa lenggang-lenggoknya untuk menarik lawan jenisnya dan ternyata pengaruhnya demikian hebat. Kini, banyak pemudi Islam keluar dari rumah orangtuanya dengan merias dirinya dan mengenakan wewangian yang seronok, dan menanggalkan ajaran laa ilaaha illallaah ke belakang punggungnya seakan-akan memamerkan kepada para penjahat, "Lihatlah! Ini aku!" Selanjutnya, ia pulang dan apa yang dibawanya? Tentu saja ia kembali dengan membawa laknat Allah. Semoga Allah menghindarkan kita dari fitnah ini. Dalam hadits shahih disebutkan juga bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Wanita yang mengenakan farfumnya, kemudian berlalu di hadapan kaum lelaki agar mereka dapat mencium bau harumnya, maka ia sama saja dengan wanita tuna susila." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i).

Demikian itu karena mata jalang mereka pasti akan memandangnya. Oleh karena itu, wahai kaum wanita, hindarilah fitnah ini! Hindarilah fitnah ini! Rasulullah SAW telah bersabda, "Aku tidak meninggalkan pada ummatku suatu fitnah pun yang lebih membahayakan kaum lelaki, selain wanita." (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi).

Iblis tidak mampu menyesatkan banyak manusia yang mendapat petunjuk, kecuali melalui wanita. Oleh karena itu, saya katakan kepada kaum wanita, mudah-mudahan ada yang mau mendengar dan mudah-mudahan hati mereka terketuk. Mudah-mudahan mereka merenungkan dan memikirkannya dengan hati yang jernih. Wahai saudariku, wahai ibuku, wahai wanita muslimah, bertakwalah kepada Allah dalam memelihara iman dan kehormatanmu. Bertaqwalah kepada Allah dalam memelihara iman dan kehormatanmu. Bertaqwalah kepada Allah dalam bergaul dengan masyarakat. Bertaqwalah kepada Allah dalam bergaul dengan para hamba dan memelihara negeri, karena engkaulah yang bertanggung jawab atas terjadinya fitnah bila menimpa mereka. Janganlah engkau menjadi penyebab terjerumusnya orang lain ke dalam marabahaya.

Wahai hamba perempuan Allah, jagalah rumahmu! Jagalah rumahmu (menetaplah di rumahmu)! Wahai hamba perempuan Allah, di kemanakankah imanmu? Manakah hasil pendidikan Nabi Muhammad SAW? Di kemanakankah firman Allah SWT, "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu..." (QS. Al-Ahzaab (33) : 33).

IWAN FALS_SARJANA MUDA

Selasa, Oktober 14, 2008 0 comments


Berjalan seorang pria muda
Dengan jaket lusuh dipundaknya
Disela bibir tampak mengering
Terselip sebatang rumput liar

Jelas menatap awan berarak
Wajah murung semakin terlihat
Dengan langkah gontai tak terarah
Keringat bercampur debu jalanan


Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijazahmu

Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Tuk jaminan masa depan

Langkah kakimu terhenti
Didepan halaman sebuah jawatan

Terjenuh lesu engkau melangkah
Dari pintu kantor yang diharapkan
Terngiang kata tiada lowongan
Untuk kerja yang didambakan

Tak perduli berusaha lagi
Namun kata sama kau dapatkan
Jelas menatap awan berarak
Wajah murung semakin terlihat

Engkau sarjana muda
Resah tak dapat kerja
Tak berguna ijazahmu

Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Sia sia semuanya

Setengah putus asa dia berucap... maaf ibu...
fs1


Imam Syafi'i pernah mengungkapkan sebuah ungkapan yang bunyinya : "Tafakkur satu jam, lebih baik dari ibadah satu tahun." Sepintas, ungkapan Imam Syafi'i tersebut berlebihan. Bagaimana mungkin sebuah amal yang dilakukan dalam rentang 1 jam, bisa lebih baik dari ibadah selama satu tahun?

Ungkapan Imam Syafi'i itu tentu tidak disampaikan dalam konteks perbandingan yang saling menafikan antara yang satu dengan yang lain. Imam Syafi'i tidak mengajak agar orang melakukan tafakkur satu jam, lalu tak perlu beribadah selama satu tahun. Sama sekali tidak. Ia hanya ingin menekankan pentingnya merenung, menghisab diri, mengevaluasi amal yang telah lalu, menekuri hidup, dan seterusnya. Sikap ini sangat penting dan bahkan menjadi syarat seseorang untuk mampu memiliki kualitas ibadah yang lebih baik.

Ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan agar kita terbiasa mengambil pelajaran dari masa lalu, baik dari apa yang telah dilakukan diri sendiri, maupun orang lain.

Merenung, Bermuhasabah, atau Mengevaluasi Amal dalam Satu Hari
Kebiasaan seperti inilah yang dilakukan seorang sahabat yang menurut Rasulullah sebagai ahli surga. Dalam hadits shahih disebutkan dalam tiga kesempatan Rasulullah menyinggung kedatangan sahabat calon penghuni surga itu di dalam majelis para sahabat. Ahli surga itu ternyata bukan ahli ibadah yang kuantitas ibadahnya melebihi para sahabat lain. Ia hanya kerap melakukan evaluasi diri menjelang tidurnya setiap malam, lalu ia hapus semua rasa gundahnya pada sesama muslim.
Dalam kitab "Bukaul Mabrur" yang mengulas tentang tangisan orang-orang shalih disebutkan perkataan salafushalih, "Para orangtua kami selalu menghitung diri dari apa yang mereka perbuat dan apa yang mereka ucapkan, kemudian mereka menulisnya dalam sebuah daftar. Setelah shalat Isya', mereka mengeluarkan daftar amal dan ucapannya kemudian menimbangnya. Jika amalan yang diperbuat buruk dan perlu istighfar, maka mereka bertaubat dan beristighfar. Namun jika amalannya baik dan perlu disyukuri, mereka pun bersyukur kepada Allah hingga mereka tidur. Kami pun mengikuti jejak mereka. Kami mencatat apa yang kami perbuat dan menimbangnya."

Memiliki Agenda Harian untuk Mengevaluasi Amal-amal yang Telah Dilakukan
Agenda harian ini berisi daftar amal harian yang dianggap wajib dilakukan. Misalnya saja, kewajiban shalat Subuh dan Isya di masjid, memulai pekerjaan dengan Bismillah, membaca istighfar minimal 100 kali, membaca Al-Qur'an sekian halaman, dan sebagainya. Sebaiknya catat pula alasan, problem, dan hambatan yang menjadikan kita tidak mampu menunaikan amal-amal harian tersebut. Mencatat hambatan amal-amal baik akan menjadi bahan pengalaman agar bisa diantisipasi pada waktu selanjutnya. Sebagaimana setiap orang akan menerima lembaran-lembaran amalnya selama di dunia pada pengadilan akhirat nanti, setiap muslim sangat dianjurkan untuk menghitung-hitung sendiri amal-amalnya sejak di dunia. Tujuannya jelas, agar segala keburukan tidak terulang, dan segala kebaikan terpelihara bahkan lebih baik lagi. Umar RA memberi nasehat, "Hasibuu anfusakum, qabla an tuhasabuu." Hisablah amal-amal kalian sendiri, sebelum amal-amal kalian dihisab (oleh Allah di hari kiamat)."
Imam Hasan Al-Bashri mengatakan, "Sesungguhnya penghisaban di hari kiamat akan ringan bagi kaum yang telah menghisab amalannya di dunia, begitu pula sebaliknya penghisaban di hari kiamat akan berat bagi orang yang tidak menghisab amalannya di dunia."

Biasakan Menilai dan Mempertajam Kontrol Terhadap Diri Sendiri
Seseorang yang takjub dengan pribadi Hasan Al-Bashri pernah bertanya, "Siapa yang mendidikmu memiliki pribadi seperti ini?" Hasan Al-Bashri menjawab pendek, "Diriku sendiri." "Bagaimana bisa seperti itu?" tanya orang itu lagi. Hasan menguraikan, "Jika aku melihat keburukan pada orang lain, aku berusaha menghindarinya. Jika aku melihat kebaikan pada orang lain, aku berusaha mengikutinya. Dengan begitulah aku mendidik diriku sendiri."
Sikap ulama shalih generasi Tabi'in itu jelas menekankan pentingnya seseorang mengambil pelajaran dari sebuah peristiwa. Teorinya sederhana, meniru yang baik dan menghindari yang tidak baik. Tapi hasilnya, prinsip itulah yang melahirkan pribadi yang menakjubkan. Apa yang melatarbelakangi Hasan Al-Bashri berprinsip seperti itu? Tidak lain untuk menghindari kekeliruan masa lalu, baik yang dilakukan diri sendiri maupun orang lain. Itu kuncinya, sehingga dari hari ke hari ia selalu berupaya memperbaiki kepribadiannya.

Sadarilah bahwa Belajar dari Pengalaman Akan Menambah Kedewasaan dan Kebijaksanaan dalam Menyikapi Hidup
Semakin banyak orang bercermin terhadap masa lalu, maka ia akan semakin bijaksana dalam menentukan langkah. Saat mendapat kelapangan, seseorang tidak akan mudah larut oleh kesenangan. Ia berpikir bahwa ada kalanya lapang dan ada kalanya sempit. Saat mendapat kesulitan, ia juga tak mudah hanyut. Karena ia berpikir bahwa kesulitan akan silih berganti dengan kemudahan. Dan seterusnya. Perbandingan seperti ini membuat seorang mukmin tetap bersyukur apapun kondisi yang ia alami. Itulah variasi dan itulah wujud kesempurnaan hidup sehingga saling melengkapi. Tanpa sikap seperti ini, orang akan mudah terkena penyakit jiwa. Mudah gelisah dan selalu merasa tidak puas. Ia bahkan sulit merasa bahagia karena selalu terombang ambing oleh dinamika hidup itu sendiri.

Ketahuilah bahwa dalam Batas Tertentu Kesalahan dan Kekeliruan adalah Lumrah
Allah SWT tidak menciptakan manusia sempurna. Selalu saja ada manusia yang lebih di sini dan kurang di sana. Atau sebaliknya, lebih di sana dan kurang di sini. Sehingga prinsipnya jangan takut gagal dalam beramal. Tidak jarang, kegagalan dan kesalahan merupakan batu loncatan ke arah kebaikan. Setidaknya ia menjadi spirit untuk melakukan penebusan. Makna ini antara lain yang terkandung dalam pesan Rasulullah agar kita mengiringi segala keburukan yang kita lakukan dengan kebaikan. "Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada. Dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan." (HR. Bukhari dan Muslim).

Selami Sejarah Orang-orang yang Hidup di Masa Lalu
Dengan mengetahui masa lalu, berarti seseorang memiliki modal informasi berharga sebagai bekal perjalanan yang ia lakukan di masa mendatang. Peristiwa apapun, baik dilakukan oleh sebuah generasi maupun orang per orang, harus menjadi cermin perbandingan melangkah ke depan. Kehidupan ini tak ubahnya cermin pengulangan masa lalu. Silih berganti antara keberhasilan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, kebahagiaan dan kesedihan. Semuanya berputar dan berganti bagai pergantian siang dan malam. Firman Allah SWT, "Dan hari-hari itu kami pergilirkan di antara manusia..." (QS. Ali Imran : 140).
Itulah hikmah dari penjabaran sejarah perjuangan para Rasul dan Nabi yang tertuang dalam Al-Qur'an. Allah SWT membina mental perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya melalui uraian panjang tentang perjuangan para Nabi dan Rasul sebelum mereka. Jejak sejarah perjuangan itulah yang akan menjadi rambu bagi umat manusia sepanjang zaman dalam menegakkan kebenaran.
Fir'aun hanya satu tokoh sejarah yang diungkapkan Al-Qur'an. Ia merupakan simbol penguasa yang melakukan kekejaman dan penindasan terhadap rakyat, sekaligus memusuhi ajaran Allah SWT yang dibawa oleh Nabiyullah Musa AS. Mungkinkah saat ini muncul tokoh penguasa semacam Fir'aun? Justeru itulah inti pelajaran sejarah yang dipaparkan Al-Qur'an. Melihat sejarah sepak terjang Fir'aun, manusia diajak mengerti bagaimana bahayanya kejahatan yang datang dari sebuah kekuasaan. Lebih berbahaya dari kejahatan kriminal berupa pembunuhan atau perampokan.
Kisah Fir'aun juga memberi gambaran kepada para penegak kebenaran bahwa mereka akan selalu menghadapi gembong-gembong kejahatan. Karena setiap zaman memiliki 'Fir'aun'nya sendiri.

Seringlah Berdiskusi, Bertukar Pengalaman, Saling Menasihati dengan Orang-orang Shalih Tentang Berbagai Fenomena Hidup
Seorang pemikir menyebutkan, "Manusia itu ibarat burung yang bersayap sebelah." Tak mungkin bisa terbang, jika ia tak memiliki sayap pasangannya. Maka, ia hanya bisa terbang kalau mau berpelukan erat-erat dan bekerjasama dengan orang lain. Begitulah analoginya, setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk bisa berhasil dalam hidup. Apa artinya?
Setiap orang harus bisa saling memberi dan membantu satu sama lain. Rasulullah mengistilahkan hal ini dengan sabdanya, "Setiap mukmin adalah cermin bagi saudaranya yang lain." Cermin, sumber informasi paling akurat dan jujur tentang berbagai fenomena. Cermin tempat memperoleh penilaian tentang diri, kapan pun dan di mana pun. Cermin juga pandai menyimpan informasi hanya pada pihak yang langsung terkait dengan informasi itu.

Roda kehidupan takkan pernah berhenti bergulir. Hari demi hari terus berjalan. Tugas kita adalah memanfaatkan kesempatan hari ini untuk menyongsong hari esok. Terlalu banyak pelajaran yang seharusnya membuat kita menjadi lebih baik dari yang telah lalu. Terlalu banyak pengalaman yang seharusnya menjadikan kita berhati-hati dan berhitung matang untuk melangkah. Terlalu banyak peringatan untuk menyadarkan kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Dikutip dari Kota Santri

MENGGAPAI CINTA ILAHI

Senin, Oktober 13, 2008 0 comments


Cinta adalah suatu hal yang kebanyakan manusia akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Cinta adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa. Mendapatkan cinta kasih dari makhluk adalah menyenangkan, apalagi jika cinta itu datang dari Sang Pencipta.

Cinta Allah kepada hamba-Nya merupakan perkara yang luar biasa dan besar, karunia yang melimpah dan tiada bisa diketahui nilainya, kecuali oleh orang yang telah mencapai ma’rifat akan Allah.

Jika seorang hamba mengetahui begitu luar biasanya arti cinta Allah kepada hamba-Nya, pastilah ia akan segera mencari jalan untuk menggapai cinta agung tersebut.

Inilah tiga hal di antara beberapa hal yang dapat ditempuh seorang hamba untuk mendapatkan cinta dari Allah.

Tadabbur Terhadap Al-Quran

Salah satu amalan yang sangat besar nilainya untuk mendapatkan cinta dari Allah adalah membaca Al-Quran sambil merenungkan dan memahami makna serta maksudnya.

Allah berfirman,

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, yang di dalamnya penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya, dan supaya mendapatkan pelajaran bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya.” (Shaad: 19)

Amalan ini mempunyai tujuan yang agung dan sangat penting. Tujuan dari tadabbur Al-Quran adalah agar hati seorang hamba senantiasa disibukkan dengan merenungi arti dari kalimat yang dibaca, dan dengan indra yang dimiliki, ia menjawab setiap ayat yang dibaca. Pada setiap ayat yang sesuai, ia berdoa, memohon ampunan, rahmat, serta memohon perlindungan dari siksa pedih di akhirat kelak.

Tiada suatu amalan yang lebih bermanfaat daripada membaca Al-Quran dengan tadabbur dan tafakkur. Karena yang demikian ini telah mencakup seluruh aktivitas mendekatkan diri kepada Allah. Amalan ini mampu melahirkan cinta, rasa takut dan pengharapan, serta seluruh hal yang mengakibatkan hidupnya hati. Seandainya orang-orang mengetahui manfaat yang terkandung di dalam amalan ini, maka pastilah mereka akan terus-menerus membaca Al-Quran dengan tadabbur dan melupakan aktivitas yang lain.

Membaca satu ayat dengan tadabbur dan memahami maknanya adalah lebih baik, jika dibandingkan dengan mengkhatamkan Al-Quran tanpa memahami maknanya. Yang pertama lebih bermanfaat bagi hati, lebih efektif dalam menggapai keimanan dan mereguk manisnya Al-Quran. Inilah amalan rutin para ulama salaf.

Amalan Fardhu Kemudian Sunnah

Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah setelah yang fardhu merupakan jalan pula untuk mendapatkan cinta dari Allah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang untuknya. Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku fardhukan kepada mereka. Dan hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah, hingga Aku mencintai mereka…”(Riwayat Al-Bukhari)

Ibnu Taimiyah berkata bahwa wali Allah yang benar-benar wali adalah mereka yang beriman dan bertaqwa. Sebagaimana firman Allah,

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (Yunus: 62-63)

Hadits di atas mengandung kesimpulan bahwa yang menyebabkan didapatinya cinta Allah itu karena melaksanakan dua perkara. Pertama, melaksanakan segala yang telah difardhukan oleh-Nya. Sedangkan kedua, mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengamalkan ajaran-ajaran yang telah disunnahkan oleh Rasul-Nya. Allah juga mengabarkan bahwa melaksanakan amalan fardhu itu adalah lebih Dia cintai.

Hamba yang dicintai Allah itu senantiasa memperbanyak amalan-amalan sunnah, sehingga derajatnya meningkat menjadi kekasih Allah. Jika hamba tersebut telah menjadi kekasih Allah, maka kecintaan Allah kepadanya mengakibatkan lahirnya cinta baru kepadanya yang lebih besar dari cinta yang pertama.

Dzikir

Cara lain untuk menggapai cinta Allah adalah dengan terus-menerus berdzikir kepada-Nya dalam berbagai keadaan.

Ibnu Rajab dalam Ikhtiyarul Ula mengatakan bahwa amalan yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada kecintaan Allah, yang sekaligus merupakan tanda-tanda bagi hamba yang mencintai-Nya adalah memperbanyak dzikir dengan hati maupun lisan.

Allah berfirman, “Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (Al-Jumuah: 10)

Di dalam Al-Quran, Allah banyak menyebutkan dzikir sebagai penyerta amal-amal salih, misalnya salat, puasa, salat Jumat, haji, dan jihad.

Dzikir kepada Allah ada beberapa macam, di antaranya adalah mengingat serta memuji Allah dengan menggunakan nama-Nya serta sifat-sifat mulia lainnya yang melekat pada-Nya, membaca tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan tamjid, kemudian juga mengingat Allah dengan menyebutkan hukum, perintah, serta berbagai larangan-Nya.

Tiga amal salih di atas merupakan amal-amal agung yang ampuh untuk meraih cinta dari-Nya. Walaupun tampak ringan, namun tidak mudah untuk dilakukan kecuali bagi orang yang Allah mudahkan. Sebaik-baik amal salih adalah yang kontinyu, walaupun terasa sedikit. Dan hendaknya begitulah tiga amal ini dilaksanakan, agar kita senantiasa mendapatkan cinta dari Allah. (Abu Ukasyah)


Sumber: Di Bawah Naungan Cinta. Abdul Hadi Hasan Wahbi. Pustaka Azzam
Dikutip dari Dudungnet

La Takhaf Wa La Tahzan

Sabtu, Oktober 11, 2008 0 comments


Bukanlah hal yang menyenangkan ketika kita harus hidup berpisah jauh dari keluarga. Kuliah seringkali menjadi salah satu penyebabnya. Senang karena alhamdulillah impian yang kita impi-impikan come true. akan tetapi kesenangan selalu di barengi dengan kesedihan yang disebabkan karena harus berpisah dengan orang-orang yang kita sayangi. Dengan penuh harapan, semoga ini adalah pilihan yang terbaik. Agak cemas juga, di tempat yang baru nanti bisa senyaman dengan yang sekarang tidak ya?


Laa takhaf wa laa tahzan, innallaha ma'anaa.

Jangan takut dan jangan bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita. Di sinilah indahnya Islam. Dalam QS Al Hujuraat ayat 10, Allah berfirman:

Innamal mukminunal ikhwah

Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Artinya, di manapun kita berada, walaupun jauh dari sanak keluarga, namun, ketika kita bersama dengan orang-orang yang beriman, pada hakikatnya kita tengah berkumpul dengan saudara kita pula.

Don’t worry, be happy. Berada di tempat yang baru, bertemu dengan orang-orang baru, dengan lingkungan dan kebiasaan yang baru, memang bisa menimbulkan stres kalau tidak siap. Namun, berada di tempat yang baru, adalah juga berarti kesempatan untuk mendapat teman baru, bertambah sahabat dan memperbanyak saudara.
Imam Ghazali mengatakan bahwa persaudaraan antara orang beriman semata-mata karena iman adalah persaudaraan yang kukuh. Maka berbahagialah mereka yang menjalin persaudaraan karena ikatan iman, dengan orang-orang shaleh di sekitarnya, di rumah, kontrakan, kos, kampus, fakultas, organisasi, paguyuban, di mana saja. Apalagi di lembaga dakwah kampus, tempat berkumpulnya orang-orang shaleh yang satu fikrah, satu visi dan misi, satu tujuan, yang saling beramal jama’i dalam dakwah.


Persaudaraan di antara dua orang, kata Imam Ghazali, akan sempurna hanya apabila keduanya berteman untuk satu tujuan, sehingga mereka seperti satu jiwa. Hal ini akan mengharuskan mereka berdua untuk saling berpartisipasi dalam keadaan senang dan susah. Sebesar persaudaraan ini, sebesar pula seseorang akan merasakan nikmatnya dakwah menuju Allah dan nikmat bergabung dalam barisan Islam.

Nikmat saling menolong, saling memberi, saling berkunjung, akan mendatangkan nikmat yang lain pula, yaitu cinta Allah, sebagaimana sabda Rasulullah saw, ”Sesungguhnya Allah swt berfirman, ’Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling mengunjungi karena-Ku. Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling mencintai karena-Ku. Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling memberi karena-Ku. Dan berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling menolong karena-Ku.” (HR. Ahmad dan Al Hakim)

So, let’s get it on. Ke manapun pergi, di manapun berada, yakinlah, you are not alone. Selama kita taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan senantiasa menjalin ukhuwah dengan orang-orang shaleh, maka di situ kita akan mendapatkan keluarga dalam ikatan persaudaraan yang kukuh, teman yang sebaik-baiknya.

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An Nisaa’: 69).

Wallahu’alam bish shawab
Dikutip dari : Hudzaifah


Sebuah kajian tafsir coba kami sajikan di hadapan pembaca yang budiman. Dalam rubrik ini akan kami kupas masalah keseharian yang ada di lingkungan kita (pepohonan, dedaunan, dan hewan).

Akan tetapi banyak hal yang tidak kita ketahui, di balik tabir yang menutupi hati kita. Kita coba menyelami lautan tafsir yang akan menghantarkan kita pada perenungan ciptaan Allah yang Maha Dahsyat tetapi kadang malah terlewatkan oleh akal pikiran kita. Justru tanpa sadar kita lebih tergugah dengan buatan manusia yang serba canggih, di mana ciptaan manusia itu tiada bandingnya dengan apa yang telah diciptakan Allah untuk kita. Oleh karena itulah Allah menyuruh kita untuk selalu dan selalu belajar dan berpikir pada apa-apa yang ada di alam semesta ini, dan janganlah menjadi orang-orang yang sombong di muka bumi ini.

Ketika sebuah daun terjatuh dari ranting pohon, dengan warnanya yang agak menguning, atau bahkan masih berwarna hijau ranau, tergeletak di antara bayang-bayang kaki kita, sepintas menurut akal kita belum layak untuk gugur. Lalu kita singkirkan begitu saja, karena kita risih dengan keberadaannya, yang menurut kita hanya sebatas sampah. Padahal di balik itu ada makna mendalam yang tidak kita sadari.

Dedaunan dan beribu-ribu macam serangga di alam ini adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan untuk kita pelajari. Bayangkan, alangkah banyaknya jenis dedaunan di jagad ini, dan alangkah banyaknya jenis serangga yang mengitari kita pagi, sore, siang dan malam.

Menurut ahli tafsir, dedaunan diartikan sebagai seberkas ilmu dan secerca hikmah yang terbentuk dengan jelas untuk menuntun kita dalam memahami Firman Allah SWT :
سبحان الذي خلق الأزواج كلها مما تنبت الأرض ومن أنفسهم ... [36.36]

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang telah ditumbuhkan di bumi dan dari diri mereka ..."

Maka dedaunan menurut ayat di atas termasuk di antara makhluk yang tumbuh di muka bumi, yang oleh Sang Pencipta Alam dibentuk dengan sedemikian rupa, dengan keindahan yang selalu menjadi pesona bagi manusia maupun makhluk ciptaan Allah dan menjadi penghias di bumi ini. Dari sinilah Allah memasukkan rahasia ilmu dan lautan hikmahNya untuk menjadi pelajaran kita sebagai makhluk yang paling sempurna agar mampu mempelajari rahasia Allah tersebut.

Di sisi lain, kita masih sering mengagung-agungkan karya manusia, seperti Thomas Alfa Edison si penemu dari Amerika itu, karena dia telah membantu kita menerangi rumah-rumah kita dengan bola lampu temuannya. Masyarakat dunia menyanjung dan membangga-banggakan seorang Edison, itu wajar, karena kita bisa merasakan manfaat penerangan itu. Tetapi ingat, Allah mempunyai maha karya yang tak kalah hebatnya dengan bola lampu karya Edison, yakni matahari, sebuah kumpulan gas hidrogen yang maha besar sebagai penerang jagad ini dan juga sebagai sumber kehidupan bagi makhluk-makhluk hidup yang ada di dalamnya, termasuk dedaunan. Berkat kasih sayangNya, kita semua dapat merasakan hangatnya sinar mentari yang terletak sekitar 3500 tahun perjalanan dengan menggunakan kereta api. Bayangkan apa yang akan terjadi apabila matahari diletakkan lebih dekat lagi, pastilah kita semua akan terbakar, apalagi untuk memancarkan sinarnya ke bumi, matahari hanya membutuhkan waktu kurang lebih 8 menit 18 detik.

Salah satu manfaat matahari yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup tumbuhan, khususnya daun adalah sinar ultraviolet (UV), dengan sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh bola lampu ciptaan Allah tersebut, bersama dengan zat hijau daun (klorofil) yang berada di jaringan beberapa daun tertentu, akan mengambil karbondioksida dan zat-zat asam arang di udara yang menjadi penyebab polusi, untuk diperoses menjadi oksigen yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, dan membantu pula dalam proses pembentukan cadangan makanan yang nantinya akan disimpan pada buah dan bunga dalam sebuah pohon. Di sini dapat kita lihat, bagaimana sebuah proses fotosintesis, yang merubah sesuatu yang merugikan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dibuat oleh Allah dengan sedemikian rupa, sehingga kita manusia, dapat mengambil pelajaran darinya.
................ ومما لا يعلمون

"...dan dari apa-apa yang tidak mereka ketahui."

Ayat ini bermakna bahwa hasil ciptaan manusia masih jauh lebih sederhana dari apa yang diciptakan Allah. Seperi apa yang telah ditemukan Edison dan para penemu yang seperti dia, tidak bisa membuat sebuah produsen jaringan sel seperti yang terbentuk di dalam sebuah daun, atau biasa disebut jaringan sel mikroskopis yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa, di mana sekeliling dari sel itu transparan dan lapisannya membentuk jaringan yang kokoh, yang di dalamnya ada saluran-saluran berisi klorofil yang bercabang dan saling berhubungan satu sama lain, Allaahu Akbar !!

Sesungguhnya ciptaan-ciptaan Edison dan ciptaan orang-orang sepertinya lebih logis menurut akal pikiran kita. Oleh karena itu kita lebih gampang menyanjung dan mengelukan seorang ilmuwan, daripada ciptaan-ciptaan Allah yang (terkadang) kurang logis bagi kita, karena kita sangat kurang mengetahui maksud dari penciptaan sebuah makhluk oleh Allah SWT. Tetapi di balik penciptaan makhluk Allah yang serba menakjubkan itu terdapat sebuah rahasia dan hikmah. Coba bayangkan saja, apabila manusia di bumi ini meneliti dan terus meneliti apa-apa tentang ciptaanNya, niscaya dunia ini akan kacau karena semua manusia akan beribadah karena mengetahui hakikat kebesaran Allah dan tidak melakukan aktifitas keduniawiannya.

Namun di dunia ini, keberadaan orang yang cemerlang akalnya dan mempunyai tingkat pemikiran jenius, sangat sedikit keberadaannya. Mereka sangat mencintai Allah karena keagungan dan ketakjuban ciptaanNya. Keberadaan mereka di muka bumi ini, tidak mengharapkan kehidupan kecuali mereka bisa menyenangkan generasi penerusnya, dan menjadi pengikut perintah Rabbnya, dengan dasar cinta yang mendalam yang dirangsang dari nilai-nilai tafakkur atas makhluk ciptaan Allah. Itulah eksistensi mereka sebagai tiang-tiang, yang kepadanya penduduk bumi bersandar dan mendapat petunjuk dari ciptaan Allah.

Mereka tidak memiliki kelezatan dan hiburan selain cinta, setiap kali mereka lalai dari Allah mereka merasa sedih dan merasa yakin bahwa mereka telah berdosa, hingga akhirnya mereka memohon ampun dariNya.Tatkala maut menjemput, mereka bersuka ria dan senang gembira. Dengan kematian itulah mereka akan berjumpa dan melihat sang Kekasih yang diidamkan selama hayatnya. Merekalah orang yang diklaim oleh Allah sebagai orang yang beruntung di dunia dan di akhirat.
Sumber : Al Bashiroh

TAFAKKUR_LANGIT

Sabtu, Oktober 11, 2008 0 comments

Dalam kitab ini Imam al-Ghazali mencoba menjembatani antara ilmu dunia dengan ilmu akhirat lewat proses tadabbur bil kholqillah (perenungan ciptaan Allah). Tadabbur yang sering kita lakukan akan membawa kita pada puncak keimanan yang luar biasa (Rusyukhul Yaqin), maka dengan dasar ini tidak ada salah kalau kita gunakan waktu sejenak untuk menambah kualitas Iman kita.

Alam dengan segala isinya akan mengantarkan kita pada pengamatan suatu konstruksi bangunan rumah dengan segala perabotnya. Kedudukan langit yang meninggi di angkasa diibaratkan sebuah atap rumah, sedangkan bumi terhampar seperti permadani dihiasi dengan berbagai motif alami, bintang-bintang gemerlapan layaknya lampu menerangi rumah kita. Sedangkan permata-permata tersimpan dalam lautan yang luas. Tidak ada satupun yang diciptakan Allah di bumi ini sia-sia.
ربنا ما خلقت هذا باطلا

Di sisi lain Allah menciptakan langit dan menjadikan warnanya paling indah dan kuat, dengan keserasian warna yang cocok untuk mata, malahan dari sisi medis bisa memperkuat daya pandang kita. Itulah Allah yang maha Bijaksana, dalam menciptakan langit dengan durasi warna yang tidak terlalu kuat (kontras), dengan itu akan menghindari kita dari kerusakan mata.


Fenomena lain yang Allah menanamkan dalam diri kita bahwa sifat warna hijau sangat di sukai oleh jiwa kita. Sebagaimana dengan warna biru pada langit yang cerah, senantiasa menyimpulkan kita pada pernyataan bahwa langit adalah pemandangan yang luar biasa. Disaat malam tiba, langit mulai beranjak kelam, karena matahari sedikit demi sedikit meninggalkan daerah yang disinarinya. Bintang dan bulan kembali menghiasi langit dengan kemiliau cahayanya, hingga manusiapun tak sanggup menandingi keindahan yang tiada habisnya ini.

Alam menjadi suatu konstruksi yang maha dahsyat indahnya. Allah sebagai Sang Pencipta (the Most Creator) senantiasa membuka lautan ilmunya bagi orang-orang yang mau bertafakkur, sebagai mana hadist Nabi :
تفكروا فى خلق الله ولا تفكر فى ذات الله

Dengan dalil itu merupakan dasar kuat, akan turunnya ilmu Allah pada diri manusia. Mungkin saja Istana yang megah tidak pernah dijamah oleh manusia sekalipun, membawa manusia akan keindahan ukiran/pahatan batu nan artistik. Akan tetapi manusia lambat laun akan merasa bosan dengan pemandangan yang ada. Yang menjadi pertanyaan apakah manusia bosan dengan tebaran bintang yang gemerlap di angkasa, atau cahaya rembulan yang bersinar menerangi kepekatan malam ?

Atas dasar pertanyaan itu, kemudian para raja zaman dahulu menjadikan penyejuk pandangan dan penawar kegelisahan hatinya atas problem-problem yang selama ini menghantuinya. Sebagian ahli hikmah bertutur,

"Kamu tidak akan mendapatkan ketenangan dan kepuasan di rumahmu, sebagaimana apa yang kamu dapatkan ketika memandang keindahan langit yang dihiasi oleh jutaan bintang, bulan dan galaksi di jagad raya ini".

Sebagian ahli tafsir menafsiri ayat ke-7 surah ad-Dzaariyah yang berbunyi :
والسماء ذات الحبك

Langit-langit itu mempunyai hiasan sebagai petunjuk yang jelas akan subyek keagungan ciptaan dan dari luasnya ilmu Allah. Hal itu semua menjadi bukti atas kehendak Allah dalam membedakan kecepatan gerak antara bulan, bumi, matahari dan planet lain yang banyak jumlahnya.

Dengan ayat tersebut Penciptaan Allah yang berada pada langit itu, menjadikan sumber keilmuan yang luar biasa. Adanya hari, bulan, tahun dan keilmuan astronomi lainnya merupakan bukti atas keagungan ciptaan Allah. Keberlanjutan kita yang senantiasa bertadabbur pada ciptaan Allah akan mendekatkan kita pada Allah dan menghilangkan keraguan kita akan kekuasaan Allah.

Terakhir kalinya Imam al-Ghazali menganjurkan kita akan mudawamah ala dzikrillah (keberlanjutan dalam berdzikir) baik itu dalam hati, lisan maupun pikiran kita, lewat proses tadabbur fi kholqillah. Dengan dalil Firman Allah:
واذكر الله قياما وقعودا

"Ingatlah Allah dalam segala aktifitasmu"
Dikutip dari "Al Bashiroh"