Sebuah kajian tafsir coba kami sajikan di hadapan pembaca yang budiman. Dalam rubrik ini akan kami kupas masalah keseharian yang ada di lingkungan kita (pepohonan, dedaunan, dan hewan).
Akan tetapi banyak hal yang tidak kita ketahui, di balik tabir yang menutupi hati kita. Kita coba menyelami lautan tafsir yang akan menghantarkan kita pada perenungan ciptaan Allah yang Maha Dahsyat tetapi kadang malah terlewatkan oleh akal pikiran kita. Justru tanpa sadar kita lebih tergugah dengan buatan manusia yang serba canggih, di mana ciptaan manusia itu tiada bandingnya dengan apa yang telah diciptakan Allah untuk kita. Oleh karena itulah Allah menyuruh kita untuk selalu dan selalu belajar dan berpikir pada apa-apa yang ada di alam semesta ini, dan janganlah menjadi orang-orang yang sombong di muka bumi ini.
Ketika sebuah daun terjatuh dari ranting pohon, dengan warnanya yang agak menguning, atau bahkan masih berwarna hijau ranau, tergeletak di antara bayang-bayang kaki kita, sepintas menurut akal kita belum layak untuk gugur. Lalu kita singkirkan begitu saja, karena kita risih dengan keberadaannya, yang menurut kita hanya sebatas sampah. Padahal di balik itu ada makna mendalam yang tidak kita sadari.
Dedaunan dan beribu-ribu macam serangga di alam ini adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan untuk kita pelajari. Bayangkan, alangkah banyaknya jenis dedaunan di jagad ini, dan alangkah banyaknya jenis serangga yang mengitari kita pagi, sore, siang dan malam.
Menurut ahli tafsir, dedaunan diartikan sebagai seberkas ilmu dan secerca hikmah yang terbentuk dengan jelas untuk menuntun kita dalam memahami Firman Allah SWT :
سبحان الذي خلق الأزواج كلها مما تنبت الأرض ومن أنفسهم ... [36.36]
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang telah ditumbuhkan di bumi dan dari diri mereka ..."
Maka dedaunan menurut ayat di atas termasuk di antara makhluk yang tumbuh di muka bumi, yang oleh Sang Pencipta Alam dibentuk dengan sedemikian rupa, dengan keindahan yang selalu menjadi pesona bagi manusia maupun makhluk ciptaan Allah dan menjadi penghias di bumi ini. Dari sinilah Allah memasukkan rahasia ilmu dan lautan hikmahNya untuk menjadi pelajaran kita sebagai makhluk yang paling sempurna agar mampu mempelajari rahasia Allah tersebut.
Di sisi lain, kita masih sering mengagung-agungkan karya manusia, seperti Thomas Alfa Edison si penemu dari Amerika itu, karena dia telah membantu kita menerangi rumah-rumah kita dengan bola lampu temuannya. Masyarakat dunia menyanjung dan membangga-banggakan seorang Edison, itu wajar, karena kita bisa merasakan manfaat penerangan itu. Tetapi ingat, Allah mempunyai maha karya yang tak kalah hebatnya dengan bola lampu karya Edison, yakni matahari, sebuah kumpulan gas hidrogen yang maha besar sebagai penerang jagad ini dan juga sebagai sumber kehidupan bagi makhluk-makhluk hidup yang ada di dalamnya, termasuk dedaunan. Berkat kasih sayangNya, kita semua dapat merasakan hangatnya sinar mentari yang terletak sekitar 3500 tahun perjalanan dengan menggunakan kereta api. Bayangkan apa yang akan terjadi apabila matahari diletakkan lebih dekat lagi, pastilah kita semua akan terbakar, apalagi untuk memancarkan sinarnya ke bumi, matahari hanya membutuhkan waktu kurang lebih 8 menit 18 detik.
Salah satu manfaat matahari yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup tumbuhan, khususnya daun adalah sinar ultraviolet (UV), dengan sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh bola lampu ciptaan Allah tersebut, bersama dengan zat hijau daun (klorofil) yang berada di jaringan beberapa daun tertentu, akan mengambil karbondioksida dan zat-zat asam arang di udara yang menjadi penyebab polusi, untuk diperoses menjadi oksigen yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, dan membantu pula dalam proses pembentukan cadangan makanan yang nantinya akan disimpan pada buah dan bunga dalam sebuah pohon. Di sini dapat kita lihat, bagaimana sebuah proses fotosintesis, yang merubah sesuatu yang merugikan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dibuat oleh Allah dengan sedemikian rupa, sehingga kita manusia, dapat mengambil pelajaran darinya.
................ ومما لا يعلمون
"...dan dari apa-apa yang tidak mereka ketahui."
Ayat ini bermakna bahwa hasil ciptaan manusia masih jauh lebih sederhana dari apa yang diciptakan Allah. Seperi apa yang telah ditemukan Edison dan para penemu yang seperti dia, tidak bisa membuat sebuah produsen jaringan sel seperti yang terbentuk di dalam sebuah daun, atau biasa disebut jaringan sel mikroskopis yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa, di mana sekeliling dari sel itu transparan dan lapisannya membentuk jaringan yang kokoh, yang di dalamnya ada saluran-saluran berisi klorofil yang bercabang dan saling berhubungan satu sama lain, Allaahu Akbar !!
Sesungguhnya ciptaan-ciptaan Edison dan ciptaan orang-orang sepertinya lebih logis menurut akal pikiran kita. Oleh karena itu kita lebih gampang menyanjung dan mengelukan seorang ilmuwan, daripada ciptaan-ciptaan Allah yang (terkadang) kurang logis bagi kita, karena kita sangat kurang mengetahui maksud dari penciptaan sebuah makhluk oleh Allah SWT. Tetapi di balik penciptaan makhluk Allah yang serba menakjubkan itu terdapat sebuah rahasia dan hikmah. Coba bayangkan saja, apabila manusia di bumi ini meneliti dan terus meneliti apa-apa tentang ciptaanNya, niscaya dunia ini akan kacau karena semua manusia akan beribadah karena mengetahui hakikat kebesaran Allah dan tidak melakukan aktifitas keduniawiannya.
Namun di dunia ini, keberadaan orang yang cemerlang akalnya dan mempunyai tingkat pemikiran jenius, sangat sedikit keberadaannya. Mereka sangat mencintai Allah karena keagungan dan ketakjuban ciptaanNya. Keberadaan mereka di muka bumi ini, tidak mengharapkan kehidupan kecuali mereka bisa menyenangkan generasi penerusnya, dan menjadi pengikut perintah Rabbnya, dengan dasar cinta yang mendalam yang dirangsang dari nilai-nilai tafakkur atas makhluk ciptaan Allah. Itulah eksistensi mereka sebagai tiang-tiang, yang kepadanya penduduk bumi bersandar dan mendapat petunjuk dari ciptaan Allah.
Mereka tidak memiliki kelezatan dan hiburan selain cinta, setiap kali mereka lalai dari Allah mereka merasa sedih dan merasa yakin bahwa mereka telah berdosa, hingga akhirnya mereka memohon ampun dariNya.Tatkala maut menjemput, mereka bersuka ria dan senang gembira. Dengan kematian itulah mereka akan berjumpa dan melihat sang Kekasih yang diidamkan selama hayatnya. Merekalah orang yang diklaim oleh Allah sebagai orang yang beruntung di dunia dan di akhirat.
Akan tetapi banyak hal yang tidak kita ketahui, di balik tabir yang menutupi hati kita. Kita coba menyelami lautan tafsir yang akan menghantarkan kita pada perenungan ciptaan Allah yang Maha Dahsyat tetapi kadang malah terlewatkan oleh akal pikiran kita. Justru tanpa sadar kita lebih tergugah dengan buatan manusia yang serba canggih, di mana ciptaan manusia itu tiada bandingnya dengan apa yang telah diciptakan Allah untuk kita. Oleh karena itulah Allah menyuruh kita untuk selalu dan selalu belajar dan berpikir pada apa-apa yang ada di alam semesta ini, dan janganlah menjadi orang-orang yang sombong di muka bumi ini.
Ketika sebuah daun terjatuh dari ranting pohon, dengan warnanya yang agak menguning, atau bahkan masih berwarna hijau ranau, tergeletak di antara bayang-bayang kaki kita, sepintas menurut akal kita belum layak untuk gugur. Lalu kita singkirkan begitu saja, karena kita risih dengan keberadaannya, yang menurut kita hanya sebatas sampah. Padahal di balik itu ada makna mendalam yang tidak kita sadari.
Dedaunan dan beribu-ribu macam serangga di alam ini adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan untuk kita pelajari. Bayangkan, alangkah banyaknya jenis dedaunan di jagad ini, dan alangkah banyaknya jenis serangga yang mengitari kita pagi, sore, siang dan malam.
Menurut ahli tafsir, dedaunan diartikan sebagai seberkas ilmu dan secerca hikmah yang terbentuk dengan jelas untuk menuntun kita dalam memahami Firman Allah SWT :
سبحان الذي خلق الأزواج كلها مما تنبت الأرض ومن أنفسهم ... [36.36]
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang telah ditumbuhkan di bumi dan dari diri mereka ..."
Maka dedaunan menurut ayat di atas termasuk di antara makhluk yang tumbuh di muka bumi, yang oleh Sang Pencipta Alam dibentuk dengan sedemikian rupa, dengan keindahan yang selalu menjadi pesona bagi manusia maupun makhluk ciptaan Allah dan menjadi penghias di bumi ini. Dari sinilah Allah memasukkan rahasia ilmu dan lautan hikmahNya untuk menjadi pelajaran kita sebagai makhluk yang paling sempurna agar mampu mempelajari rahasia Allah tersebut.
Di sisi lain, kita masih sering mengagung-agungkan karya manusia, seperti Thomas Alfa Edison si penemu dari Amerika itu, karena dia telah membantu kita menerangi rumah-rumah kita dengan bola lampu temuannya. Masyarakat dunia menyanjung dan membangga-banggakan seorang Edison, itu wajar, karena kita bisa merasakan manfaat penerangan itu. Tetapi ingat, Allah mempunyai maha karya yang tak kalah hebatnya dengan bola lampu karya Edison, yakni matahari, sebuah kumpulan gas hidrogen yang maha besar sebagai penerang jagad ini dan juga sebagai sumber kehidupan bagi makhluk-makhluk hidup yang ada di dalamnya, termasuk dedaunan. Berkat kasih sayangNya, kita semua dapat merasakan hangatnya sinar mentari yang terletak sekitar 3500 tahun perjalanan dengan menggunakan kereta api. Bayangkan apa yang akan terjadi apabila matahari diletakkan lebih dekat lagi, pastilah kita semua akan terbakar, apalagi untuk memancarkan sinarnya ke bumi, matahari hanya membutuhkan waktu kurang lebih 8 menit 18 detik.
Salah satu manfaat matahari yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup tumbuhan, khususnya daun adalah sinar ultraviolet (UV), dengan sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh bola lampu ciptaan Allah tersebut, bersama dengan zat hijau daun (klorofil) yang berada di jaringan beberapa daun tertentu, akan mengambil karbondioksida dan zat-zat asam arang di udara yang menjadi penyebab polusi, untuk diperoses menjadi oksigen yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, dan membantu pula dalam proses pembentukan cadangan makanan yang nantinya akan disimpan pada buah dan bunga dalam sebuah pohon. Di sini dapat kita lihat, bagaimana sebuah proses fotosintesis, yang merubah sesuatu yang merugikan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dibuat oleh Allah dengan sedemikian rupa, sehingga kita manusia, dapat mengambil pelajaran darinya.
................ ومما لا يعلمون
"...dan dari apa-apa yang tidak mereka ketahui."
Ayat ini bermakna bahwa hasil ciptaan manusia masih jauh lebih sederhana dari apa yang diciptakan Allah. Seperi apa yang telah ditemukan Edison dan para penemu yang seperti dia, tidak bisa membuat sebuah produsen jaringan sel seperti yang terbentuk di dalam sebuah daun, atau biasa disebut jaringan sel mikroskopis yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa, di mana sekeliling dari sel itu transparan dan lapisannya membentuk jaringan yang kokoh, yang di dalamnya ada saluran-saluran berisi klorofil yang bercabang dan saling berhubungan satu sama lain, Allaahu Akbar !!
Sesungguhnya ciptaan-ciptaan Edison dan ciptaan orang-orang sepertinya lebih logis menurut akal pikiran kita. Oleh karena itu kita lebih gampang menyanjung dan mengelukan seorang ilmuwan, daripada ciptaan-ciptaan Allah yang (terkadang) kurang logis bagi kita, karena kita sangat kurang mengetahui maksud dari penciptaan sebuah makhluk oleh Allah SWT. Tetapi di balik penciptaan makhluk Allah yang serba menakjubkan itu terdapat sebuah rahasia dan hikmah. Coba bayangkan saja, apabila manusia di bumi ini meneliti dan terus meneliti apa-apa tentang ciptaanNya, niscaya dunia ini akan kacau karena semua manusia akan beribadah karena mengetahui hakikat kebesaran Allah dan tidak melakukan aktifitas keduniawiannya.
Namun di dunia ini, keberadaan orang yang cemerlang akalnya dan mempunyai tingkat pemikiran jenius, sangat sedikit keberadaannya. Mereka sangat mencintai Allah karena keagungan dan ketakjuban ciptaanNya. Keberadaan mereka di muka bumi ini, tidak mengharapkan kehidupan kecuali mereka bisa menyenangkan generasi penerusnya, dan menjadi pengikut perintah Rabbnya, dengan dasar cinta yang mendalam yang dirangsang dari nilai-nilai tafakkur atas makhluk ciptaan Allah. Itulah eksistensi mereka sebagai tiang-tiang, yang kepadanya penduduk bumi bersandar dan mendapat petunjuk dari ciptaan Allah.
Mereka tidak memiliki kelezatan dan hiburan selain cinta, setiap kali mereka lalai dari Allah mereka merasa sedih dan merasa yakin bahwa mereka telah berdosa, hingga akhirnya mereka memohon ampun dariNya.Tatkala maut menjemput, mereka bersuka ria dan senang gembira. Dengan kematian itulah mereka akan berjumpa dan melihat sang Kekasih yang diidamkan selama hayatnya. Merekalah orang yang diklaim oleh Allah sebagai orang yang beruntung di dunia dan di akhirat.
Sumber : Al Bashiroh
(0) Comments
Posting Komentar